welcome to this corner

Don’t be afraid to take a big step. You can’t cross a chasm in two small jumps [David Lloyd George]

Thursday, 30 June 2011

It's Like a Tea Bag, Aiko...


Aiko. Itulah nama yang diberikan ayah dan ibuku untuk kehadiranku sebagai anak tunggal di dunia ini. Ayahku adalah seorang arsitek berkebangsaan Jepang, dan ibuku yang masyarakat pribumi memilih untuk mengabdikan diri sebagai seorang dokter jiwa yang selalu sabar menghadapi pasien dengan masalah kejiwaan, tentunya dari akar masalah yang tidak sama. Ini adalah salah satu alasanku mengagumi ibu. 

Tepat seperti jadwal minum obat. Tiga kali sehari setelah makan bersama ayah dan ibu, aku selalu diberi nasehat yang berbeda-beda. "Aiko, kau tahu bagaimana kami menyayangimu? Kami tak akan membiarkanmu menjadi anak laki-laki yang manja dan hanya berlindung di balik orang tuanya. Ada baiknya kau mencoba keluar sejenak dari zona nyamanmu ini. Nanti kau akan tahu bagaimana sebenarnya hidup itu," kata ibuku. Untuk hal ini, ayahku mendukung ibu seratus persen. Memang, kuakui selama ini aku belum pernah mengalami kesulitan yang berarti. Tapi, aku merasa belum siap jika harus lepas dari peran orang tua di dekatku. Dan ternyata semakin terlihat bahwa aku masih bergantung pada mereka.

***

"Di mana kartu ATM ku? Lho kenapa uang di dompetku menjadi sedikit begini?" tanyaku heran.
Pikiranku langsung tertuju untuk bertanya pada ayah dan ibu. Herannya, mereka hanya menjawabku dengan senyuman. Setelah membalikkan badan dengan perasaan agak kesal, kudengar ayah mengatakan sesuatu padaku. "Aiko, ayah dan ibu ingin melihatmu bisa berdiri di atas kakimu sendiri.." Belum selesai ayah berbicara, dengan kesal aku berkata,"Maksud ayah apa membuatku kesulitan dengan menyita ATM dan hanya meninggalkan sedikit uang di dompetku?"


Ayah pun menjawab dengan kata-kata yang membuatku terkejut. "Apakah kau pernah berpikir bagaimana kau bisa bertahan jika kau harus hidup sendiri, jika nanti ayah dan ibu tak lagi ada..?" Aku hanya diam dan tak lagi berpikir untuk memberi sangkalan.



Hari-hari kulalui dengan bekal uang yang pas-pasan yang hanya cukup untuk kebutuhan kuliahku. Berbeda dengan kondisiku dulu. Kini aku tak lagi bisa membeli pakaian dan film-film sesuka hatiku. Rasa tak tercukupi ini berhasil mendorongku untuk mencoba mencari pekerjaan. Tak jauh-jauh aku berpikir, kucoba untuk melamar sebagai web designer sembari kuliahku di Jurusan Ilmu Komputer. Hasilnya, aku ditolak. Aku pun mencoba belajar dari kegagalan ini dan memperbaiki hal-hal yang membuatku gagal. Aku terus belajar. Benar, di kesempatan kedua aku mendapatkan pekerjaan ini di tempat yang lain. Sebulan kulalui dengan pontang-panting kuliah sambil bekerja. Awalnya, aku merasa berat dan berpikir orang tuaku tak menyayangiku. Paksaan dan rasa terpaksa kini sedikit demi sedikit lenyap dari pikiranku yang kanak-kanak. Aku mulai belajar bagaimana sulitnya mendapatkan sesuatu, yang dengan itu aku akan lebih menghargai hasil kerja kerasku, meskipun makna "keras" itu relatif. Aku jadi ingat ke mana saja kubawa uang yang selama ini diberikan orang tuaku. Keterlaluan.
Tidak hanya itu, ternyata pengalaman ini membuatku sadar, ternyata aku lebih kuat dari yang kubayangkan sebelum menghadapi hal ini..kukira aku akan menyerah. Dan kini, aku tak lagi sepenuhnya bergantung pada orang tuaku.. Dengan perasaan lega, aku bergumam, "Jadi, ini maksud ayah dan ibu?"  


Cerita singkat ini terinspirasi dari sebuah foto teh celup yang dipajang di sebuah sisi dinding Perpustakaan FKM UI, di bawah foto itu tertulis "People are like tea bags. You've to put them into hot water before you can know how strong they are."  



 

Monday, 13 June 2011

M E M O R Y

Semua masih sama seperti 11 tahun lalu. Sama, tapi sangat berbeda, pekat tanpa kehadirannya. Ia tak lagi terlihat, terdengar, namun akan selalu terasa ada di benak dan hatiku

Benda-benda penuh memori yang sejak belasan tahun lalu kau pakai, pun masih belum mereka pensiunkan. Ranjang tidurmu dulu, kini aku yang memakainya. Aku ingat, ranjang ini pasti berhitung berapa kerapnya kau terkulai sakit, tapi kau tak pernah lupa mengusiliku hingga aku cemberut sambil tertawa

Album foto kenangan tentangmu itu, apakah kau yang menyusunnya? Sungguh, aku masih merasa kau ada di sini. Bersama seperti dulu. Aku tak turut mengantarmu ke pusaran, menabur bunga. Dan hingga saat-saat terakhirmu aku rasa belum ada hal tertentu yang pernah kualamatkan untukmu..jauh dibanding bersihnya hatimu menyayangiku. Saat kau bernyanyi, kau mengajariku betapa musik itu indah dan menyentuh. Saat menulis kata-kata, kau isyaratkan betapa indahnya ekspresi dan senyawa dalam tulisan yang bersumber dari hati. Tak salah, kau begitu kusayangi dan kuhormati. Semoga nanti kita dipertemukan kembali dalam sebaik-baik keadaan..

Djogja, 8 Sept 2010
Dedicated to my beloved aunt [in memoriam]

Sayangilah saudara2, orang2 yang ada di dekatmu, dan orang2 yang selalu ada di hatimu. Cintai dan lakukanlah yang terbaik untuk mereka, selagi mereka masih ada, dan selagi kita masih ada
^^

Jika Allah Menarik Perhatian Kita

Dikisahkan, seorang mandor bangunan sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat.
Suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya,
agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan.
Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising,
tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor.
Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi,
usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya untuk menarik perhatian,
mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya.
Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya,
berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu,
lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.
Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam,
tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak keatas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain,
ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya.
Karena merasa sakit kejatuhan batu,
pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu.
Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.


Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya,
Allah seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan,
maupun kadangkala dengan pengalaman-pengalam an yang menyakitkan.
Allah seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah kepada kita manusia, agar mau mendongak keatas,
mengingatNya,
menyembah-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan lebih banyak bersyukur atas rahmat-Nya.
Tuhan seringkali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia, agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya.
Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas,
mengingat kebesaran-Nya,
menengadah kepada-Nya,
mengagungkan nama-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalam an menyakitkan,
seperti musibah,
kegagalan,
rasa sakit,
kelaparan,
dan berbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas.
Menarik perhatian untuk mau menengadah kepada-Nya,
menyembah kepada-Nya,
mengakui kebesaran-Nya
dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Dengan demikian, pengalaman-pengalam an menyakitkan yang kadang kala diterima manusia,
hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita.
Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Allah atau "habl min Allah."
Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah,
dan menyadarkan kita adalah makhluk-Nya yang sangat lemah dan tidak berdaya.

Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Allah senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia.
Seperti memiliki pekerjaan yang baik,
memiliki kesehatan yang kita rasakan,
kelengkapan panca indra yang menopang kehidupan kita,
mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari,
keluarga yang bahagia yang kita miliki dan lain sebagainya.
Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkah dari Allah SWT yang tak ternilai harganya.
Kini apakah Anda akan segera menengadahkan wajah kepada-Nya, ataukah menunggu Allah menjatuhkan "batu" kepada kita ?

from : http://argatikel.blogspot.com/search/label/Motivasi